Asal Mula Ganja `bakong mangat`.
sejarah tentang penggunaan ganja paling dini yaitu di Cina tahun 2737
SM. Konon, waktu itu ganja atau cannabis digunakan untuk mengobati
penyakit rematik, malaria, beri-beri, sifat pelupa dan sakit perut
(Yatim: 1991: hal 53). Konon, katanya lagi ganja merupakan jenis
daun-daunan atau ramuan yang paling aman digunakan sebab mustahil
mengakibatkan efek beracun dalam tubuh.
Menurut situs pengetahuan Narkotika, HIV, AIDS, dan Pendidikan Seks,
ganja dapat menimbulkan efek samping yang berbeda bagi penggunanya. Efek
yang paling umum dari ganja adalah perasaan teler atau melayang.
Efek-efek lain termasuk paranoia, muntah-muntah, kehilangan koordinasi,
kebingungan, nafsu makan meningkat, mata merah, dan halusinasi.
Sedangkan efek jangka panjangnya, ganja dapat mengakibatkan risiko
tinggi bronkitis, kanker paru-paru, serta penyakit pernapasan (sebab
ganja mengandung tar dua kali lebih banyak dari rokok), kerusakan sistem
kekebalan tubuh, kerusakan memori jangka pendek, daya pikir logika, dan
koordinasi berat badan, serta gejala gangguan kejiwaan yang berat.
Ganja juga dapat menyebabkan penggunanya menjadi ketergantungan dan
kecanduan.
Namun, dari sisi medis, ganja mengandung THC (tetrahyahocannabinol)
yang terdiri dari Delta -9-THC dan Delta -8-THC. Delta -9-THC mempunyai
efek mempengaruhi pola pikir otak manusia melalui cara melihat sesuatu,
mendengar, dan mempengaruhi suasana hati pemakainya. Para ilmuwan medis
percaya bahwa Delta -9-THC dapat mengobati berbagi penyakit. Misalnya,
daun dan biji tanaman cannabis dapat digunakan untuk mengobati penyakit
kanker dan tumor. Lalu, akar dan batangnya dapat dibuat ramuan yang
mampu menyembuhkan penyakit, diantaranya kram perut, disentri, asma,
anthrax, luka bakar, dan lainnya. Di Inggris sendiri terdapat suatu
lembaga yang khusus melakukan penelitian terhadap ganja secara medis dan
farmasi, yakni Marijuana Center. Hasilnya, kandungan kimia dalam ganja
dapat membantu penyembuhan penyakit dalam tubuh antara lain seperti
tonic (penguat), analgesic, penghilang rasa sakit, dan penenang. Bahkan
efek ganja yang dapat meningkatkan nafsu makan ternyata bagus bagi
penderita AIDS dan anorexia nervosa yang perlu dibangkitkan selera
makannya. Sedangkan perasaan teler atau melayang dikaitkan dengan
keceriaan atau tertawa yang konon dapat membantu kekuatan penyembuhan
tubuh dan jiwa.
Ganja di Indonesia
Dalam Undang-undang no. 22 tahun 1997 tentang Narkotika, disebutkan
bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Sementara yang dimaksud dengan narkotika dalam Undang-Undang tersebut
terdiri dari tiga golongan yaitu golongan opiat (heroin, morfin, madat
dan lain-lain), golongan kanabis (ganja, hashish) dan golongan koka
(kokain, krack). Nah, berarti jelas kan bahwa ganja di Indonesia memang
dilarang. Ada aturannya lagi!
Namun, anehnya, ganja itu kan dilarang ya..tapi tanaman cannabis atau
ganja itu sendiri malah tumbuh subur di Aceh sana. Bahkan kalau
dihitung-hitung, ladang-ladang ganja di Aceh dapat menjadi salah satu
sumber pendapatan negara! Waduh, jadi ganja ini anugerah atau musibah?
Tanaman ganja tumbuh seperti layaknya rumput liar biasa yang dapat
tumbuh dimana saja. Namun memang memerlukan kultur tanah tertentu dan
iklim yang mendukung. Ternyata, kultur dan iklim di Aceh mendukung
kesuburan ganja ini!
Ganja dan Makanan
Selain dapat dihisap, ternyata ganja dapat digunakan sebagai salah satu
ramuan dalam makanan maupun minuman. Campuran ganja katanya bisa
ditemukan sebagai bumbu sayur, gulai, mie, campuran kopi, bahkan dodol.
Nah, dodol ganja ini hampir sama bentuknya dengan dodol biasa, namun
bedanya dodol ganja dibungkus daun seperti nasi timbel.
Lalu, dari hasil searching di internet, icip-icip.com menemukan
resep-resep makanan yang mengikutsertakan ganja dalam pembuatan saus
spaghetti, brownies, banana bread, chocolate chip cookies, dan es krim.
Wah, wah..nggak kebayang rasanya bagaimana..Jadi lebih enak atau nggak
ya?
Namun, kalau di Indonesia..konon nih..katanya..di Pulau Sumatra
(sekitar Aceh, Padang, dan Medan) ganja juga dijadikan campuran dalam
makanan. Ada yang bilang dicampurkan ke dalam kuah gulai, nasi, atau
mie. Terus katanya lagi, rasanya memang jadi lebih enak sebab menambah
nafsu makan bagi yang memakannya. Benar atau tidak ya tergantung yang
makannya sih..
Yang jelas, di London ada seorang nenek yang ditangkap karena
memiliki empat pohon ganja dan menyimpan serbuk ganja di dapurnya—selama
ini si nenek memang punya kebiasaan khas yaitu menambahkan beberapa
lembar daun ganja dan serbuk ganja pada makanan kegemarannya, mulai dari
kari, kaserol, biskuit, sup, bahkan es krim.
Si nenek berkilah semua itu bagian dari pengobatan yang dijalaninya.
Ganja, katanya, mampu mengurangi depresi, pegal-pegal, dan sakit
punggung. Polisi menyita kari, es krim dan kaserol yang mengandung ganja
di lemari es si nenek. Namun polisi tidak menyita semua masakan yang
bisa menjadi barang bukti karena tidak ingin mengganggu kesenangannya.
Ya ampun!
Setujukah?
Icip-icip.com mencoba mencari orang-orang yang pernah mengkonsumsi
makanan yang mengandung campuran ganja. Namun, ternyata agak sulit
mencarinya. Kalau yang sekedar menghisap ganja sih banyak! Kebanyakan
mengaku belum pernah mencicipi makanan seperti itu. Atau malah memang
tidak tahu dan tidak sadar kalau makanan yang pernah dimakannya ada yang
mengandung campuran ganja? Yang pasti, karena ganja di Indonesia
dilarang dari mulai penyimpanan, pemakaian, hingga pengedarannya, maka
peredaran makanan dan minuman yang mengandung campuran ganja juga tidak
terdeteksi alias ilegal.
Lalu, kira-kira bagaimana pendapat orang-orang tentang keberadaan
ganja dalam makanan atau minuman. Setuju atau tidak? Che seorang vokalis
sebuah band berpendapat setuju kalau ada campuran ganja dalam makanan
asal sedikit kadar atau dosisnya. “Soalnya kan cuma sebagai penambah
selera makan.” komentarnya. Ia tahu bahwa ganja juga dijadikan campuran
dalam beberapa jenis makanan. “Gue pernah lihat sampai ada di brownies.
Kalau kebanyakan katanya jadi bisa bikin mabok!” jelasnya lagi.
Sedangkan Riri, aktivis sebuah organisasi berpendapat lain. “Nggak
setuju sih kalau gue. Abis kan ganja dilarang terus haram lagi. Mau
sedikit mau banyak kalau memang dilarang, ya udah nggak usah ngeyel!”
jelasnya. Hal serupa dilontarkan oleh Fadli, seorang karyawan. “Ganja
kan dilarang ya, jadi ya udahlah jangan macem-macem..Obey the rules!”
Lalu, seorang teman pernah mencoba mencampurkan ganja ke dalam kopi
dan teh. Ia tidak merasakan efek ganja yang katanya membuat makanan atau
minuman menjadi lebih enak. Efek ganja yang memabukkan juga tidak ia
rasakan. “Itu kayaknya sugesti, karena gue ngebuktiin nggak ngaruh ke
teh,” jelasnya. Namun, ia sendiri berpendapat bahwa setuju-setuju saja
ada kandungan ganja di dalam makanan. “Nggak masalah asal enak.”
Hmm…memang benar ya Tuhan nggak mungkin menciptakan sesuatu kalau
tidak ada gunanya. Seperti ganja ini. Di satu sisi, ganja dianggap
berbahaya dan sebagai pintu gerbang menuju narkotika. Namun, di sisi
lain ternyata ganja punya efek-efek positif, terutama dalam bidang medis
dan farmasi. Nampaknya, pelarangan akan penyimpanan, penggunaan, hingga
pengedaran ganja di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia
dikarenakan ada penyalahgunaan dari ganja itu sendiri.
Yang anehnya di Indonesia, walaupun ganja dilarang, tumbuhan ganja
malah tumbuh subur di Aceh. Bahkan sampai dijadikan bahan campuran dalam
sejumlah makanan dan minuman. Sampai saat ini memang masih simpang siur
mengenai efek dari campuran ganja dalam makanan dan minuman. Ada yang
bilang memabukkan, ada yang bilang itu hanya sugesti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar